WELCOME TO MOMMY'S TRIPLE BLOG

MENJADI ABDI NEGARA DAN MENJADI SEORANG IBU MEMBUAT HIDUPKU SEMAKIN BERWARNA. PENGALAMAN BERTUGAS DI PROTOKOL SEKALIGUS MENJADI IBU DARI ANAK KEMBAR TIGA MEMBUAT HARI DEMI HARI DALAM HIDUP INI SEAKAN BEGITU BERARTI UNTUK DILUPAKAN.



MUDAH-MUDAHAN BLOG INI MAMPU MENJADI TEMPAT UNTUK BERBAGI IDE BAGI PARA SAHABAT ATAUPUN SEKEDAR SHARING PENGALAMAN BAIK DI BIDANG KEPROTOKOLAN MAUPUN DALAM PERJUANGAN UNTUK MEWUJUDKAN MIMPI MENJADI SEORANG IBU.



Selasa, 13 Januari 2009

Pura Gunung Kawi Sebatu

Tanggal 7 Januari kemaren di Bali libur lho. Ngak salah ya kalau Bali itu disingkat menjadi Banyak Libur . Kebetulan saat itu bertepatan dengan Perayaan Hari Pagerwesi intinya hari itu merupakan hari penguatan mental bagi umat Hindu agar tetap kuat dan tegar sekokoh Pagar Besi, lho koq pagar besi ya namanya kan Pagerwesi jadi itu terjemahan secara bodoh saja. He,,,.
Daripada hanya bengong di rumah, aq dan keluarga besar traveling sekaligus melukat (menyucikan badan jasmani dan rohani) ke Desa Sebatu, Tegalalang, Gianyar. Info tentang tempat ini aq dapat dari Bali TV,,, disana disebutkan kalau Tempat Melukat di Desa Pekraman Sebatu dulunya merupakan Tempat Pesiraman (Pemandian) Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Katanya jika kita melukat di tempat itu maka semua kekuatan jahat (penyakit di luar medis) yang ada dalam tubuh kita akan lebur (musnah).
Sebelum sampai di Tempat Melukat di Desa Pekraman Sebatu, terlebih dulu kita akan sampai di Pura Gunung Kawi. Pura ini terletak di Desa Sebatu Kecamatan Tegallalang Gianyar, tepatnya 40 Km dari Kota Denpasar. Pura ini merupakan peninggalan jaman Bali Kuno, yang dibangun di tebing sebelah Barat sebuah pengunungan dimana pegunungan itu sekarang dikenal dengan nama Desa Sebatu.
Ceritanya konon pada jaman pemerintahan Raja Mayadenawa yang sangat bengis dan tidak percaya adanya Tuhan, daerah ini merupakan lintasan pelarian Raja Mayadenawa dengan para pengikutnya menuju Desa Taro, setelah terdesak dalam peperangan melawan Para Dewata di Desa Besakih. Karena rasa takut kepada Para Dewata yang mengejarnya, begitu pula ketakutan para penduduk asli kepada Pengikut Raja Mayadenawa, sehingga semuanya lari tunggang langgang dan terpeleset diantara bebatuan pegunungan (Sauh di batu).
Sadar akan penduduk asli yang tidak berdosa dalam bahaya, maka Dewa Wisnu memberikan sumber kehidupan bagi penduduk yang tidak berdosa dalam wujud Air Suci. Sebagai ucapan rasa syukur penduduk maka tempat ini dibangun Pura tempat pemujaan Dewa Wisnu yang dikenal dengan Pura Gunung Kawi yang dilengkapi dengan pancuran pancuran beraneka fungsi seperti untuk Air Suci, mandi dan lain lain (Sumber : Suara Merdeka)
Dulu, tidak semua orang bisa melukat di Pura ini. Kira-kira 6 bulan (Ciwalatri tahun 08) lalu pura ini dibuka untuk umum. Beruntungnya aq dan keluargaku, coba kalau datang 8 bln yang lalu,, kita hanya bisa memandanginya dari luar donk. Setelah selesai melukat di Pura Gunung Kawi, aq melankutkan perjalanan ke Tempat Pesiraman (Pemandian) Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti di Desa Pekraman Sebatu, yang terletak ± 1,5km dari Pura Gunung Kawi.
Sampai di tempat itu kita kembali harus menuruni tangga sejauh 500m menuruni anak tangga sepanjang tebing menuju sungai untuk sampai ke tempat pelukatan. Disana terasa sekali suasana magisnya. Air memang berlimpah ruang dimana-mana. Duh ngak tahan pengen segera mandi lg. Eit ,,, nanti dulu ternyata kita harus melalui beberapa tahapan sebelum melukat. Pertama : bacalah Atur Pakeling (peringatan) yang ada, pada intinya pengunjung harus berpakaian adat Bali, wanita yang sedang haid dan anak kecil yang belum pernah tanggal giginya dilarang melukat di tempat tersebut. Sampai di Tempat Melukat kita harus sembahyang dulu dipimpin oleh Jero Mangku untuk matur piuning kalau kita akan melukat, ungkapkan disana apa tujuan kita melukat.
Oh ya kalau sembahyang ditempat ini jangan lupa bawa Kwangen ya, nanti kwangen ini kita taruh di tempat melukat sebagai simbolis akan dileburnya penyakit-penyakit yang ada dalam diri kita. Setelah selesai melukat, jangan langsung kabur,,,r,,, tapi kita harus sembahyang sekali lagi sebagai ucapan syukur dan terimakasih kepada Tuhan dan mendoakan mudah2an jasmani dan rohani kita akan kembali bersih (suci).
Jadi bagi teman-teman yang ingin berwisata spiritual tempat ini memang layak dikunjungi. Pokoke bintang 4 dech : **** Fabulous :)

1 komentar:

  1. Makasih sudah berkunjung di desa kecil saya, salam kenal

    http://flashpermanen.wordpress.com

    BalasHapus