WELCOME TO MOMMY'S TRIPLE BLOG

MENJADI ABDI NEGARA DAN MENJADI SEORANG IBU MEMBUAT HIDUPKU SEMAKIN BERWARNA. PENGALAMAN BERTUGAS DI PROTOKOL SEKALIGUS MENJADI IBU DARI ANAK KEMBAR TIGA MEMBUAT HARI DEMI HARI DALAM HIDUP INI SEAKAN BEGITU BERARTI UNTUK DILUPAKAN.



MUDAH-MUDAHAN BLOG INI MAMPU MENJADI TEMPAT UNTUK BERBAGI IDE BAGI PARA SAHABAT ATAUPUN SEKEDAR SHARING PENGALAMAN BAIK DI BIDANG KEPROTOKOLAN MAUPUN DALAM PERJUANGAN UNTUK MEWUJUDKAN MIMPI MENJADI SEORANG IBU.



Rabu, 11 November 2009

PENGUCAPAN SUMPAH/ JANJI PIMPINAN DPRD



Acara pengucapan sumpah janji pimpinan DPRD Kabupaten Karangasem pada hari Kamis, 22 Oktober 2009 merupakan event lima tahunan setelah dilantiknya anggota Dewan yang baru pada 14 Agustus 2009 yang lalu. Wajar saja karena merupakan event lima tahunan, sebagai seorang protokol harus kembali memutar ingatan dan sibuk membongkar arsip-arsip yang ada untuk mendapatkan informasi apa saja agenda dari acara tersebut.

Menjadi wajar jika Protokol Pemda ikut sibuk, turut serta menyukseskan event ini, mengingat keterbatasan pada SDM di Bagian Protokol Sekretariat DPRD seperti ketiadaan kader pembawa acara (announcer) maupun Master of Ceremony. Finally,,, Protokol Pemda akhirnya turun gunung juga……

Setelah sibuk mencari informasi, ternyata Acara Pengucapan Sumpah / Janji Pimpinan DPRD tidak jauh berbeda dengan Pelantikan anggota DPRD antara lain:

1. Pembukaan oleh Pembawa Acara;

2. Kata Pengantar oleh Ketua Sementara DPRD;

3. Pembacaan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Peresmian Pengangkatan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karangasem Masa Jabatan 2009-2014 oleh Sekretaris Dewan;

4. Pengucapan Sumpah/ Janji Pimpinan DPRD Kabupaten Karangasem dipandu oleh Ketua Pengadilan Negeri Amlapura dan didampingi Rohaniawan, dengan susunan sbb:
a.Pengucapan Sumpah;
b.Penandatanganan Naskah Berita Acara Pengucapan Sumpah. Diawali oleh pejabat yang dilantik, pejabat yang melantik dan rohaniawaan menandatangani Berita Acara sumpah di luar acara; Hal ini mengacu pada Tata Cara dan Skenario Upacara Pelantikan yang disusun oleh Widyaiswara Keprotokolan Badan Diklat Depdagri.
c.Penyerahan Petikan Surat Keputusan Mendagri oleh Ketua Pengadilan;

5. Penyerahan Pimpinan DPRD Kabupaten Karangasem oleh Ketua Sementara DPRD; Karena Ketua Sementara sekaligus terpilih menjadi Ketua DPRD, maka tidak dilakukan acara serah terima palu pimpinan )

6. Prakata Ketua DPRD Kabupaten Karangasem Masa Jabatan 2009-2014 oleh Ketua DPRD;

7. Sambutan Bupati Karangasem;

8. Pembacaan Doa oleh Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Karangasem;

9. Penutupan Rapat Paripurna Istimewa oleh Ketua DPRD;

10. Penyampaian Ucapan Selamat kepada Pimpinan DPRD Kabupaten Karangasem Masa Jabatan 2009-2014 yang diawali oleh Bupati dan Wakil Bupati Karangasem,Ketua Pengadilan, Muspida dan para anggota dewan serta undangan sekalian.

Ketentuan Pakaian pada acara tersebut ditetapkan sebagai berikut: bagi undangan Sipil menggunakan pakaian PSL/ Fulldress dengan peci, undangan TNI/ POLRI menggunakan PDU IV. Karena keterbatan ruangan maka pada acara Pengucapan Sumpah kali ini Undangan tidak mencantumkan bersama Istri. Jika dicantumkan bersama Istri mungkin saja acara akan terlihat lebih semarak, mengingat tampilan para istri anggota dewan yang terhormat terlihat begitu menarik dengan balutan Busana Nasional.

Rabu, 21 Oktober 2009

MENYONGSONG PERINGATAN SUMPAH PEMUDA DI KABUPATEN KARANGASEM



Apa saja yang harus dipersiapkan oleh Sub Bagian Protokol untuk memperingati Hari Besar Nasional Sumpah Pemuda ?

A. Sumpah Pemuda ditetapkan sebagai Hari Besar Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Hari-hari Besar Nasional wajib diperingati oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia sebagai upaya untuk menanamkan kesadaran terhadap nilai-nilai sejarah perjuangan Bangsa agar dapat memperkuat kepribadian, mempertebal rasa harga diri bangsa dan kebanggaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan dan memupuk semangat dan jiwa kebangsaan menuju ketahanan nasional yang ampuh. Dan untuk memperingati Hari Besar Nasional tersebut diselenggarakan Upacara Bendera secara sentral yang dipimpin oleh Kepala Daerah.

Meskipun Inpres No 14 tahun 1981 tentang Penyelenggaraan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih telah dicabut, akan tetapi sebagai Pedoman dalam penyelenggaraan Upacara Bendera untuk memperingati Hari-Hari Besar Nasional diterbitkan Pedoman/ Juklak oleh Menteri/ Departemen yang bersangkutan. Dan untuk peringatan Hari Sumpah Pemuda, Buku Pedoman yang memuat tentang pelaksanaan peringatannya diterbitkan oleh Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga.

B. Kelengkapan dan Perlengkapan Upacara

a. Kelengkapan Upacara adalah para pejabat termasuk pelaku dan petugas dalam suatu Upacara antara lain :
1. Perwira Upacara sebagai Penanggung jawab upacara; di Kabupaten Karangasem biasanya Ketua Panitia yang ditunjuk sebagai Perwira Upacara seperti Asisten I dengan cadangan Kepala Bakesbang Linmas selaku wakil Ketua.
2. Komandan Upacara selaku pemimpin upacara biasanya kita melibatkan peran KNPI sebagai Komandan Upacara dan Komandan Kompi.
3. Pembaca UUD 1945 dan Pembaca Teks Keputusan Kongres Pemuda Indonesia dan kita tetap melibatkan organisasi pemuda seperti KNPI, P2M, dll.
4. Pembaca Doa dengan melibatkan petugas dari Departemen Agama;
5. Kelompok Pengibar Bendera dan Kelompok Barisan Bhineka Tunggal Ika melibatkan Paskibra tahun 2009 dan Perwakilan siswa dari SMA di Kecamatan Karangasem sehinggga membentuk Barisan 33 pasang yang menggambarkan jumlah Propinsi di Indonesia;
6. Kelompok Paduan Suara persembahan Para Guru dan PNS di Lingkungan Pemkab Karangasem;
7. Sedangkan Korp Musik (Korsik) melibatkan Satuan Polisi Pamong Praja.


b. Perlengkapan Upacara merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan logistik dan peralatan upacara seperti : spanduk biasanya menggunakan Tema pada Buku Pedoman , Tenda, Kursi : jangan lupa untuk mempersiapkan siapa saja tamu yang harus duduk di kursi VIP dan undangan bukan VIP.

Biasanya yang masuk dalam Daftar VIP pada Undangan kami antara lain : Bupati , Wabup, Ketua DPRD, Dandim, Kapolres, Ketua Pengadilan, Kejaksaan, Wakil Ketua DPRD I dan II, Kasdim, Wakapolres , Sekda dan Ketua LVRI semuanya beserta Ibu.

Jangan lupa persiapan lainnya seperti Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih atau Sang Merah Putih (jangan salah nyebut ya). Karena sebutan ini telah ditetapkan berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 dan pasal 35 UUD 1945.

C. Langkah-Langkah Persiapan. Apa saja yang harus kita persiapkan meliputi :

1. Menyusun Acara ( Tetap berpedoman pada Buku Pedoman Pelaksanaan dari Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga ) dengan susunan Acara sebagai berikut:
a. Penghormatan umum kepada Pembina Upacara dipimpin oleh pemimpin Upacara;
b. Laporan Pemimpin upacara kepada Pembina Upacara;
c. Pengibaran Sang merah Putih diiringi lagu kebangsaan ”Indonesia Raya”;
d. Mengheningkan Cipta dipimpin oleh Pembina Upacara;
e. Pembacaan Teks Pancasila oleh Pembina Upacara diikuti oleh seluruh peserta Upacara;
f. Pembacaan Teks pembukaan UUD 1945 oleh petugas;
g. Pembacaan Teks Keputusan Kongres Pemuda Indonesia 1928 oleh Petugas;
h. Menyanyikan lagu ”Satu Nusa Satu Bangsa”;
i. Amanat Pembina Upacara
j. Menyanyikan lagu ”Bangun Pemudi Pemdua”;
k. Pembacaan Doa;
l. Laporan Pemimpin Upacara kepada Pembina Upacara;
m. Penghormatan kepada Pembina Upacara dipimpin Pemimpin Upacara
n. Upacara selesai.

2. Membuat Tata Ruang/ Lay Out, Menyusun Tata Tempat, Membuat Juklak Upacara, Uraian Pembawa Acara, Kegiatan dan Keterangan Pelaksanaan, Menetapkan Jenis Pakaian, dan Peserta Upacara yang terangkup di dalam Rencana Upacara. Jangan lupa untuk mempersiapkan Undangan.

Dalam penggunaan Jenis Pakaian kita mengacu pada pasal 22 Peraturan Pemerintah RI No 62 Tahun 1990 tentang Tata Ketentuan Protokol mengenai Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata Penghormatan bahwa dalam pemakaian pakaian dalam suatu upacara disesuaikan menurut jenis upacara kenegaraan atau acara resmi.

Pada Acara Kenegaraan digunakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL), Pakaian Dinas Upacara (PDU) atau Pakaian Nasional. Sedangkan pada Acara Resmi digunakan Pakaian Sipil Harian (PSH) atau Pakaian Seragam KORPRI atau seragam lainnya yang telah ditentukan.

Untuk menentukan jenis pakaian untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda di Kabupaten Karangasem selain mengacu pada aturan yang ada kita juga tetap berpedoman pada kebiasaan atau custom yang berlaku di Protokol Propinsi sehingga untuk Undangan Sipil menggunakan PSR dengan Peci Hitam. Undangan TNI dan POLRI menggunakan PDU IV. Undangan Ibu-Ibu menggunakan Pakaian Organisasi. Sedangkan Peserta Upacara dari Unsur PNS menggunakan Pakaian KORPRI dan Hansip dibagi menurut instansinya.

Catatan : tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian dari kita baik muda maupun tua menganggap bahwa Upacara Bendera merupakan kegiatan yang melelahkan, monoton dan membosankan. Tapi sebaliknya jika telah mengerti dan memahami apa esensi di balik peringatan itu, maka satu jam waktu yang kita korbankan untuk berdiri bukan lagi menjadi waktu yang membosankan.
Lihatlah mereka para veteran tua yang masih bersemangat untuk selalu menghadiri Undangan Upacara di Setiap Hari Besar Nasional. Mungkin saja disaat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan Titik-Titik Air Mata Menghiasi Sudut Matanya.

Jadi besyukurlah jika kita saat ini hanya diminta satu jam saja berdiri kepanasan untuk mengenang jasa-jasa mereka,,,,,,,,,,,,,,,,,



Selasa, 15 September 2009

Haru Biru IPDN



Tak terasa enam tahun sudah aq tak menginjakkan kaki di Kampus Biru Lembah Manglayang. Dan pada jumat 11 September kenangan masa lampau itu seakan terulang kembali. Ketika menyaksikan betapa membanggakannya acara wisuda dan pengukuhan para Pamong Praja Muda Institut Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri.

Tapi di tengah kebanggaan itu,, sedikit terselip rasa kecewa di hatiku. Kenapa Pamong Praja Muda tidak lagi diWisuda oleh Mendagri dan kenapa Presiden tidak pernah mau lagi menginjakkan kaki di IPDN untuk mengukuhkan Pamong Praja Muda??? Masih teringat akan enam tahun yang lalu,,, betapa bangganya aq bisa berjabat tangan dengan seorang Menteri Dalam Negeri dan Presiden Republik Indonesia kala itu. Sebuah mimpi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

IPDN...wajahmu memang tak banyak berubah. Kampus nan megah,, berdiri tegak mendobrak kesunyian Jatingor. Tak kan pernah bosan aq tuk selalu memandangi wajahmu oh IPDN...tapi aq msh belum terbiasa dengan tulisan besar di depan kampus itu........

IPDN...IPDN....semoga engkau abadi...Semoga kenangan ini masih akan terulang lagi hingga sepuluh bahkan seratus tahun lagi. Semoga............

Minggu, 30 Agustus 2009

ISU DI BALIK PENGUKUHAN FORUM SEKAR



Minggu, tanggal 30 Agustus 2009 Pura Jagatnatha Karangasem menjadi saksi telah dikukuhkannya pengurus baru Forum Sekar masa bhakti 2009-2013. Siapa sich Forum Sekar,,,kenapa repot2 harus dikukuhkan???

Forum Sekar merupakan Forum Pasemetonan (Persaudaraan) Karangasem sebagai wadah bagi warga perantauan yang berasal dari Kabupaten Karangasem. Kelahiran Forum ini diawali oleh idealisme untuk ikut membangun Karangasem yang sampai dengan saat ini masih menyandang status sebagai satu-satunya Kabupaten Tertinggal di Propinsi Bali. Forum Sekar sebagai organisasi independen non partisan diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap kebijakan pemerintah dalam menjalankan pembangunan agar dapat berjalan sesuai koridor hukum yang berlaku.

Forum ini beranggotan para cerdik pandai perantauan asal Karangasem yang telah sukses di bidangnya masing-masing. Sebagian besar merupakan tenaga pendidik pada lembaga-lembaga pendidikan ternama di Bali. Jadi tidak ada salahnya jika niat baik mereka direspon dengan baik oleh Pemkab.

So,,, kenapa acara pengukuhan kemaren disertai isu2 yang tidak bertanggung jawab??? Forum Sekar sudah masuk ke dalam Zone Politis??? Is it true???

Tidak ada yang salah dengan keberadaan Forum Sekar. Mungkin saja isu itu muncul karena tahun depan Karangasem akan mengadakan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah. Kenapa baru sekarang keberadaan Forum ini harus diperdebatkan. Seharusnya kita bisa berfikir secara jernih,,, dan seharusnya kita berterimakasih. Siapa yang akan membangun Karangasem jika bukan orang kita sendiri??? SDM Karangasem dengan kualitas pendidikan yang mumpuni sampai dengan saat ini masih bisa dihitung dengan jari. Meskipun ada,,, hampir sebagian mengabdikan dirinya di luar Kabupaten Karangasem.

Wajar jika Bupati Karangasem I Wayan Geredeg,,,sangat antusias mengandeng forum ini guna mengawal pembangunan di tengah-tengah himpitan permasalahan yang dihadapi seperti kemiskinan, keterbatasan infrastruktur khususnya air bersih, keterbatan fiskal dan lain sebagainya. Kenapa kita harus alergi dengan solusi-solusi yang ditawakan oleh Forum Sekar??? Hanya orang yang ilmunya terbataslah yang apreori memandang semua ini. Terlalu teoritiskah solusi mereka??? Kalau tidak mengacu pada teori,,, apakah suatu masalah bisa dipecahkan hanya dengan mimpi dan omong kosong belaka????

Inilah Pola Pikir orang-orang yang tidak memahami arti penting keilmuan. Panjangnya gelar SDM pegawai di jajaran Pemkab Karangasem tidaklah menjamin bahwa cara berfikir mereka telah sesuai dengan status pendidikan yang telah diraihnya. Apa yang salah??? Manusianya yang salah ataukah banyaknya lembaga pendidikan yang menawarkan gelar secara instan???

Open your heart,,, and open your mind.... Solusi tanpa didasari Teori sama saja itu omong kosong belaka !!!!. So start from now… Janganlah terlalu Alergi dengan Teori. Berikanlah kesempatan kepada Forum Sekar untuk memberikan karyanya… Mari Kita hargai Buah Pemikiran Orang-Orang yang Masih Peduli dengan Keberadaan Kabupaten yang selama ini sering dilupakan orang.

Selasa, 30 Juni 2009

Bedah Rumah Di Dusun Pucang, Kubu



Seorang pemimpin harus memiliki rasa kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi terhadap kondisi masyarakat yang ia pimpin. Dan hal ini telah ditunjukkan oleh kepemimpinan Bp Mangku Pastika Gubernur Bali dan Bp I Wayan Geredeg Bupati Karangasem.

Berkat komunikasi yang telah terjalin dengan baik antara pemerintah kabupaten, propinsi dan pengusaha swasta maupun BUMD akhirnya pada hari Minggu, 28 Juni, di dusun Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu telah dicanangkan program bedah rumah, dengan sasaran 47 rumah tidak layak huni.

Acara Pencanangan tersebut langsung dihadiri oleh Gubernur Bali beserta ibu, Ketua Yayasan Bina Kasih Insani selaku sponsor pada kegiatan bedah rumah ini dan tentu saja Bupati Karangasem beserta ibu ikut hadir mendampingi.

Dalam sambutannya Gubernur Bali berharap, kedepannya nanti kegiatan-kegiatan sosial kerjasama dengan pihak swasta harus ditingkatkan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility)

Ada sesuatu hal yang sangat berbeda telah kita temukan pada saat acara tersebut berlangsung, dimana partisipasi masyarakat begitu besar menyambut program bedah rumah tsb. Padahal masyarakat Pucang terkenal agak apatis dengan program-program pemerintah.

Dari anak-anak sampai orang tua rela datang jauh-jauh mendaki medan yang cukup sulit dijangkau hanya karena ingin menyaksikan acara tersebut. Malah gubernur sedikit berkomentar ketika melihat seorang nenek yg ikut hadir pada acara itu,, duduk manis di depan sibuk sendiri dengan snack dan makan siang yang dibagikan oleh panitia. Setiap suap yang masuk dimulutnya terasa begitu nikmat dirasakan. Mungkin saja nenek renta itu,, baru kali ini merasakan makanan yang berbeda dari yang biasanya ia makan.

Disinilah kita harus membuka mata dan hati kita,,, bahwa masih banyak masyarakat di luar sana yang terbelenggu oleh lingkaran setan kemiskinan. Masyarakat yang bahkan hingga akhir usianya belum pernah merasakan kenikmatan dunia, sandang, pangan maupun papan.

Senin, 22 Juni 2009

Go To Palembang. Yuk...k...!!!




Akhirnya pernah juga aq menginjakkan kaki di Kota Empek - empek. Kebetulan ada Undangan dari Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan agar Pemkab Karangasem ikut berpartisipasi pada Acara Festival Sriwijaya dan Sriwijaya Expo 2009.

Bersama dengan rombongan Disperindag dan hadir pula Ibu Bupati dan Ibu Sekda sebagai peninjau pada kegiatan tersebut. Berangkat Senin pagi buta dari Amlapura akhirnya tiba di Palembang ketika menjelang magrib, karena rombongan harus transit dulu di Soekarno Hatta.

Festival Sriwijaya ke-18 dan Sriwijaya Expo 2009 secara resmi dibuka oleh Gubernur Sumatera Selatan Bp H Alex Noerdin pada Hari Selasa, 16 Juni 2009 di KOmpleks Dekranasda Jakabaring Palembang. Kegiatan ini akan berlangsung selama 7 hari dan akan ditutup pada tanggal 23 Juni 2009.

Sriwijaya Expo diikuti oleh 135 stand baik lokal maupun luar kota. Selain mempromosikan produk lokal hadir juga peserta dari Propinsi Sumatera Barat, Bengkulu, Pangkal Pinang, Yogyakarta, Jawa Timur,DKI Jakarta dan Bali. Kabupaten Karangasem merupakan satu-satunya Kabupaten yang mewakili Bali dalam event tersebut.

Menurut Kadisperindag Kab. Karangasem "Ibu Puspa Kumari" ketertarikan mengikuti event ini, karena ingin memperkenalkan berbagai produk kerajinan lokal buatan Karangasem kepada masyarakat Palembang. Karena selama ini Kab. Karangasem lebih sering untuk mengikuti expo yang diadakan di Jakarta.

Stand Kab. Karangasem cukup mendapat perhatian dari pengunjung. Berbagai kerajinan ditampilkan pada acara tersebut seperti kerajinan ate, bokor kau, tenunan, ukiran kayu, makanan ringan khas karangasem seperti kripik nangka, kripik salak, manisan salak hingga ke dodol salak.

Ibu Bupati dan Ibu Sekda yang ikut menjadi Peninjau pada acara tersebut juga ikut turun ke lapangan dan tak segan memberikan masukan mulai dari desain stand bahkan ikut turun tangan merayu pembeli agar berbelanja di Stand Karangasem.

Kamis, 21 Mei 2009

PEMBINAAN LOMBA MARS DAN HYMNE KABUPATEN KARANGASEM


Bagian Humas Protokol Setda Kab. Karangasem sebentar lagi akan mengadakan hajatan tahunan. In our planning Jumat tanggal 12 Juni nanti kita akan mengadakan Lomba Mars dan Hymne Kabupaten Karangasem yang akan diikuti oleh 8 (delapan) SMA mewakili kecamatan se-Kabupaten Karangasem. Lomba kali ini akan memperebutkan Piala Tetap Bupati Karangasem untuk Kategori Paduan Suara Terbaik dan hadiah berupa uang tunai senilai Rp 2 juta untuk Juara I, untuk pemenang II sebesar Rp 1,5 juta dan Rp 1 juta untuk juara III. Panitia juga akan memberikan Penghargaan untuk Dirigen Berpenampilan Tebaik (Best Performance).

Sebagai stimulan, Panitia telah memberikan uang pembinaan sebesar Rp 1 juta rupiah kepada sekolah peserta lomba. Selain itu pada saat pelaksanaan lomba juga akan diserahkan bantuan uang saku kepada peserta lomba, walaupun hanya Rp 20.000 per orang tapi bagi anak SMA jumlah itu lebih dari uang saku harian mereka.

Lomba Mars dan Hymne Kabupaten Karangasem kali ini adalah lomba untuk yang kedua kalinya. Lomba seperti ini mulai diadakan tahun lalu, dan diikuti oleh para guru yang mewakili masing-masing kecamatan. Tujuan diadakannya lomba ini adalah untuk mensosialisasikan lagu Mars dan Hymne Kab. Karangasem kepada seluruh masyarakat Karangasem sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa memiliki terhadap tanah kelahirannya. Melalui Sosialisasi Mars dan Hymne ini diharapkan generasi muda dari Gumi Lahar ini tidak akan terbenam oleh stigma bahwa Karangasem adalah kabupaten miskin dan tertinggal. Tapi justru sebaliknya bahwa Kab. Karangasem ibarat Mutiara yang terpendam, penuh dengan nilai-nilai sejarah dan budaya adiluhur yang patut kita banggakan.

Panitia dimana Kasubag Protokol sebagai Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Sosialisasi Mars dan Hymne Kab. Karangasem dan Tim Pembina yang terdiri Bp Ketut Sadiana (Pencipta Lagu Mars dan Hymne Kab. Karangasem), Bp Ketut Bawa dan Kadek Budi selama kurang lebih dua bulan telah melakukan Pembinaan ke masing-masing sekolah peserta lomba. Sekolah yang akan mengikuti lomba antara lain: SMAN 1 Karangasem, SMAN 1 Bebandem, SMAN 1 Kubu, SMKN 1 Abang, SMAN 1 Manggis, SMAN 1 Sidemen, SMAN 1 Selat dan SMAN 1 Sidemen.

Pembinaan sebelum pelaksanaan lomba dimaksudkan untuk menyamakan persepsi antara sekolah yang sudah belajar secara autodidak melalui DVD dan VCD yang kita bagikan ketika rapat awal, dengan Tim Pembina yang memang profesional dan tahu benar tentang lagu ini. Sehingga pada saat pelaksanaan Lomba, kesalahan-kesalahan dalam menyanyikan Mars dan Hymne Kabupaten Karangasem akan dapat diminimalkan.

Sejauh ini dari hasil pembinaan, kesiapan sekolah untuk mengikuti lomba sudah mencapai 80%. Tidak disangka-sangka ternyata antusiasme para siswa untuk mengikuti lomba ini sangat besar. Siswa berlatih dengan rajin dan bersemangat,,, sampai–sampai ada yang tertangkap mata panitia ketika mereka tampil terlihat sedikit over PD. Tapi itu bukanlah masalah, Semangat itu yang Utama, Enak atau Tidak Enak dipandang mata itu urusan belakangan. He,,,,,

Seminggu sebelum pelaksanaan lomba Panitia akan mengadakan Technical Meeting, untuk memantapkan jelang pelaksanaan lomba. Panitia mencoba untuk mendesain lomba Mars dan Hymne Kabupaten Karangasem tahun ini menjadi semenarik mungkin. Kita akan mengundang Jun BRTV sebagai bintang tamu dalam lomba nanti. Dan untuk menyemarakkan lomba, Panitia bekerjasama dengan PT Telkomsel Grapari Denpasar akan mengadakan Doorprize untuk para Undangan yang hadir saat itu.

Panitia berharap dan berusaha untuk Menyukseskan Lomba Mars dan Hymne Kabupaten Karangasem ini menjadi The Competition of The Year on 2009. He,,,, he..........just wait and see. We invite you to come and see it more…. Please come and join with us :)

Senin, 09 Maret 2009

Suara Hati Se-orang Purna Praja


Ada apa dengan IPDN???
Sepertinya purna praja tak akan pernah berhenti mengelus dada melihat ulah adik2 di Lembah Manglayang. Hampir setiap tahun ada saja berita yang memojokkan kampus kita tercinta. Entah itu kasus kekerasan bahkan pelecehan seksual.
Apa yang salah dengan kampus ini? Sebagai seorang alumni, terasa sulit untuk mengurai benang kusut ini. Sangat disayangkan, kalau kampus tak berdosa ini mendapat caci maki dr orang2 yang tak mengerti dengan kondisi yang terjadi didalamnya. Siapa sebenarnya yg harus dipersalahkan untuk kelalaian dan permasalahan yang terjadi di Kampus ini.
Pertama : Tinjau kembali Proses Penerimaan Calon Praja IPDN
Jangan Utamakan Kuantitas,,, tapi perhatikanlah KUALITAS. Selama ini jumlah praja yang diterima di IPDN bahkan bisa mencapai 1000 orang untuk seluruh Indonesia, dengan alasan permintaan daerah. I think it doesn't wise reason. Lebih baik yang diterima hanya 100 orang, tp ke-100 orang tersebut adalah orang-orang yang cerdas secara intelektual dan emosional, yang nantinya akan menjadi kader-kader pemimpin yang berilmu dan beriman di daerah.

Kedua : Tinjau kembali kurikulum pendidikan, pelatihan dan pengasuhan. Pendidikan harus diisi dengan ilmu2 yang Up to date. IPDN harus bekerjasama dengan UI, UNPAD ataupun UGM untuk dapat memperluas wawasan.
Untuk pengasuhan : minimal 1 barak harus diawasi oleh 1 orang pengasuh. Dan pengasuh itu harus tinggal bersama praja

Ketiga : Lakukan kembali fit and proper test pada Dosen dan Tenaga Pengasuh di IPDN. Bagaimanapun mereka adalah rule model bagi para siswa disana. Menurut penulis tenaga pengajar dan pengasuh di IPDN banyak yang harus diperbaharui.
Pengasuh memiliki peran yang menentukan bagi pembentukan karakter praja. Menurut kacamata penulis,,,banyak pengasuh IPDN yang kurang layak untuk dijadikan rule model, baik dari kecerdasan intelektual maupun emotionalnya.

Pengalaman pengulis selama mengikuti pendidikan kedinasan di SMA TN, meskipun pengasuh berasal dr militer tapi mereka mampu menempatkan diri sebagai seorang senior, sahabat bahkan mampu menggantikan sosok seorang ibu. Pengasuh putri khusunya dipilih dari para KOWAD/POLWAN terbaik dr kesatuan mereka masing2.


Sudah sepatutnya setiap orang yang telah mendapatkan kesempatan menuntut ilmu di Lembah Manglayang, tahu dan sadar untuk selalu berterimakasih pada setiap kemudahan dan fasilitas yang telah diberikan oleh Pihak Sekolah. Ingatlah bahwa kita adalah Anak-Anak Negara, anak-anak yang beruntung karena telah dibiayai oleh Pemerintah dari pajak yang dibayarkan oleh seluruh rakyat Indonesia dari Sabang Sampai Merauke. Rakyat Indonesia tidak pernah mengharapkan Ucapan Terimakasih dari Mulut Kita Sendiri,,, tapi mereka hanya mengharapkan bahwa Anak-anak Negara ini nantinya akan menjadi Pemimpin-Pemimpin Masa Depan yang akan Berbakti bagi Masyarakat, Bangsa, Negara dan Dunia.

Jadi sudah sepatutnya kita sebagai anak negara untuk Sadar Diri........

Senin, 02 Maret 2009

Penerimaan PKL Mahasiswa Sekolah Tinggi Statistik


Meski udara terasa panas dan tidak bersahabat akan tetapi acara penerimaan Praktek Kerja Lapangan Angkatan ke 4 Sekolah Tinggi Statistik di Kabupaten Karangasem tetap berlangsung dengan meriah. Peserta PKL diterima oleh Wakil Bupati di Obyek Wisata Taman Soekasada Udjoeng. Pada acara pembukaan tersebut, Kepala BPS Pusat Dr Rusman Heriawan secara langsung menyerahkan peserta PKL yang berjumlah 310 orang yang terdiri dari 290 siswa dan didampingi oleh 42 tenaga pengajar. Rencananya setelah acara pembukaan mereka akan langsung disebar pada 8 kecamatan di Kabupaten Karangasem dan akan ditempatkan di rumah-rumah penduduk.

Praktek Kerja Lapangan ini akan berlangsung selama 11 hari mulai tanggal 2-13 Maret 2008. Menurut Kepala BPS Karangasem Ir. AAA. Suarningsih (3-3-09), untuk melakukan uji terhadap variabel yag digunakan Pemkab Karangasem bekerjasama dengam Badan Pusat Statistik (BPS) pusat kini bakal meneliti peta kemiskinan Karangasem berikut 14 variabel melalui Program Penelitin Sosial Ekonomi Praktek Kerja Lapangan. Program tersebut merupakan alokasi BPS pusat guna mengetahui lebih jauh spesifikasi dan strata kemiskinan masyarakat Kabupaten Karangasem yang dinilai memiliki kekhasan tersendiri diatara Kabupaten di Indonesia.

Hal ini dinilainya merupakan kesempatan baik karena mahasiswa akan mengkaji relevansi variabel yang digunakan mengukur kemiskinan, dan jika mungkin dapat menyempurnakannya. Sebelumnya metode penelitian menggunakan pola scoring dimana RTM yang memiliki score 0,2 kebawah tidak dikatakan miskin, tetapi sekarang dengan metode proximin test digunakan untuk menentukan kondisi suatu rumah tangga masuk katagori rumah tangga miskin pada level mana. Kemiskian itu menurut Suarningsih, sifatnya relatif bahkan di negara maju pun kemiskinan masih ada, jadi kemiskinan tidak dapat dihapus, tetapi kalau berkurang dan diturunkan masih memungkinkan..

Senin, 23 Februari 2009

KKM DIBEKUKAN ???





Buyar sudah impian masyarakat Karangasem, hidup enak sambil menunggu saatnya ”Play” tiba. Jumat kelabu bagi ratusan ribu nasabah KKM. Bagaimana tidak,,, secara tiba-tiba tim pemeriksa dari POLDA BALI didampingi POLRES Karangasem menggerebek KKM dan langsung mengamankan pengurusnya. Tanpa menunggu waktu lama, saat itu juga operasional KKM langsung dibekukan, dan aset-aset KKM langsung diamankan pihak Kepolisian. Padahal saat itu antrean calon nasabah masih antusias ingin menginvestasikan uangnya di KKM.

Pertanyaannya adalah ”Kenapa KKM dibekukan?”. Padahal belum pernah ada pengaduan dari nasabahnya. Secara kasat mata kinerja KKM saat ini dapat dikatakan sedang berada pada masa jayanya. Mengingat katanya nanti pada tanggal 25 Pebruari akan dibuka Trading Center, yaitu pusat perbelanjaan terbesar dan terlengkap di Karangasem. Apakah dibekukannya operasional KKM terkait dengan penyelahgunaan ijin usaha atau apakah karena unsur politis saja ???

Menyedihkan memang melihat kondisi ini, dan seperti tanpa dikomando, masyarakat langsung turun ke jalan untuk meminta kejelasan mengenai apa yang terjadi. Siapa sebenarnya yang harus mereka tuntut, agar uang mereka bisa kembali. Apakah pengurus KKM ? Tidak juga,,, mereka tidak membawa kabur uang nasabah. Apakah auditor? Ngak mungkin donk. Mereka hanya orang yang menjalankan perintah dari atasan atas pengaduan dari lembaga / seseorang atau sekelompok orang yang mengatas namakan masyarakat Karangasem yang resah dengan keberadaan KKM? Jadi siapa donk dalangnya ???

Yang jelas saat ini kita tidak perlu mencari kambing hitam untuk dipersalahkan. Jika tidak ada yang bertindak dan bertanggungjawab,, tidak menutup kemungkinan aksi anarkisme akan mengganggu keamanan dan stabilitas di Karangasem. Bisakah kita bayangkan Multiplier Bad Effect akibat penutupan KKM?

Pertama : tentu saja hal ini akan menimbulkan gejolak sosial. Karangasem tidak aman lagi, dan hal ini akan mempengaruhi kondisi perekonomian regional khususnya dari sektor pariwisata. Orang asing akan berfikir ulang utk berlibur ke Karangasem dalam waktu dekat ini.

Kedua : tingkat stres, munculnya sikap apatis masyarakat terhadap pemerintah, bahkan yang harus diwaspadai adalah kemungkinan meningkatnya kasus bunuh diri di Karangasem. Why .......??? Bayangkan mereka yang menginvestasikan uangnya di KKM bukan hanya masyarakat yang berkantong tebal saja, tapi juga masyarakat tidak mampu yang hanya ingin merasakan nikmatnya mendapatkan uang tanpa harus terlalu keras membanting tulangnya. Fenomena diperdesaan, banyak masyarakat yang menjual ternak,, lalu uangnya diinvestasikan di KKM, dengan harapan 3 bln kemudian akan mendapatkan keuntungan. Tidak hanya itu, bahkan banyak yang menjual perhiasan satu2 nya karena ingin merasakan nikmatnya uang panas.

Salahkan mereka masyarakat kecil yang terlalu banyak bermimpi? Tidak.... mereka bukanlah orang bodoh,,, mereka bukannya tidak tahu akan resiko menaruh uang di KKM,,, tapi mereka hanya ingin ikut merasakan euforia keuntungan yang ditawarkan di tengah sulitnya kondisi perekonomian.

Ketiga : opini yang berkembang dimasyarakat saat ini adalah bahwa penutupan KKM tidak lebih dari sekedar persaingan Politik untuk Tahun 2010. Jika hal ini memang terjadi,,, memang sangat menyedihkan sekali kedewasaan berpolitik di Indonesia.

According to my opinion : Penutupan KKM sebenarnya murni karena masalah Pelanggaran Hukum semata. Dikatakan bahwa usaha KKM melanggar UU Perbankan, dimana KKM telah melakukan capital investmen padahal ijin yang dikantongi hanyalah ijin koperasi. Penutupan KKM juga dimaksudkan untuk mencegah bertambahnya korban-korban baru penipuan berkedok investasi oleh KKM. Pemerintah Daerah khususnya ingin mencegah kerusakan pola pikir masyarakat yang selama ini terjebak pada mimpi di siang bolong. Ingin cepat kaya tapi sedikit berusaha. Ya.... kalau niat ini penulis setuju. Tapi.........

Ingatlah.... social cost yang harus dikorbankan akibat penutupan KKM ini. Jika pihak yang bertangungjawab atas pembekuan KKM mampu menyelesaikan permasalahan ini dengan Cepat, Adil dan Bijaksana,,, maka mereka akan dielu-elukan sebagai seorang Pahlawan. Tapi jika pihak tersebut hanya bisa menutup KKM tapi tidak bisa mencarikan solusi terbaik maka bersiap-siapalah menyandang gelar sebagai Pahlawan Kesiangan.

Memang kebaikan itu akan selalu dipenuhi oleh cobaan-cobaan. Penulis akan tetap mendukung dan mendoakan mudah-mudahan POLDA Bali, Polres Karangasem dan dengan dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Karangasem dapat mencarikan solusi terbaik ”Win-win solution” untuk nasabah KKM yang belum mendapatkan haknya. Selesaikanlah Masalah tanpa Masalah baru. Jangan Biarkan Karangasem Menangis .................

Rabu, 11 Februari 2009

Analisis Prioritas Sektoral Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Karangasem Tahun 1997-2006









I. ISU UTAMA
Permasalahan utama yang terjadi di Kabupaten Karangasem adalah pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan penciptaan kesempatan kerja, hal ini dapat dilihat dari menurunnya kesempatan kerja meskipun pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan.

Pertumbuhan ekonomi yang tidak mendorong penyerapan tenaga kerja akan menyebabkan terjadinya masalah pengangguran dan kemiskinan yang bisa bermuara pada timbulnya ketidakstabilan sosial. Sementara penyerapan tenaga kerja yang tidak mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi akan menciptakan ancaman bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Secara makro laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat dikaitkan dengan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi akan mempengaruhi laju pertumbuhan kesempatan kerja (Widodo, 1990: 111).

Upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja yang optimal dari segi jumlah, produktivitas dan efisiensi memerlukan kebijakan yang memperhitungkan kondisi internal maupun perkembangan eksternal. Kondisi internal dan eksternal meliputi pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, perkembangan dan efisiensi pemanfaatan investasi, produktivitas, elastisitas dan shift-share serta location quotien sebagai input bagi pengambil keputusan (Mansoer dan Asaddin, 2001: 89-103).

II. FAKTA EMPIRIS
Untuk dapat membandingkan perkembangan pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan kesempatan kerja Kabupaten Karangasem selama tahun 1998 sampai dengan 2006 diakukan analisa dengan memperbandingan laju pertumbuhan kesempatan kerja terhadap laju pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 1999 meskipun perekonomian hanya tumbuh 0,7% akan tetapi mampu memicu tumbuhnya kesempatan kerja hingga tumbuh 11,1% dari tahun sebelumnya. Akan tetapi pada tahun 2002, 2004 dan tahun 2006 meskipun laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karangasem mengalami peningkatan akan tetapi hal tersebut tidak diikuti dengan meningkatnya kesempatan kerja.

Dari perkembangan data di atas maka sulit untuk menyimpulkan apakah pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Karangasem sejalan dengan teori pertumbuhan ekonomi dalam teori Todaro di mana pertumbuhan PDB biasanya 3 sampai 4 kali pertumbuhan kesempatan kerjanya (lihat Kemu dan Nurhidayat, 2005: 61).

Akan tetapi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di Kabupaten Karangasem selama periode 1998 sampai dengan 2006 didapatkan bahwa rata-rata pertumbuhan PDRB mencapai angka 2,76% sedangkan kesempatan kerja hanya tumbuh 0,38%. Ini artinya tumbuhnya perekonomian Kabupaten Karangasem tidak didukung dengan pertumbuhan investasi terutama yang bersifat padat karya, hal ditandai dengan penciptaan kesempatan kerja yang masih rendah.

III. Sumber data dan Metodologi
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu periode 1997-2006. Data terdiri dari PDRB Kabupaten Karangasem ADHK 2000 tahun 1997-2006, kesempatan kerja Kabupaten Karangasem tahun 1997-2006, dan data kesempatan kerja Provinsi Bali tahun 1997-2006.

Penelitian ini menggunakan alat analisis kebijakan optimasi prioritas sektoral dengan memperhitungkan kondisi internal dan eksternal meliputi pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, produktivitas dan elastisitas kesempatan kerja, dan tingkat spesialisasi.


IV. Hasil Penelitian

Dari hasil penghitungan rata-rata terhadap komponen pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, produktivitas dan elastisitas kesempatan kerja, dan tingkat spesialisasi, maka dapat disimpulkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor prioritas dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Karangasem selama kurun waktu 1997 sampai dengan 2006.

Elastisitas kesempatan kerja pada sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan angka negatif artinya penambahan output pada sektor ini hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi tenaga kerja pada sektor tersebut. Meskipun daya serap tenaga kerja pada sektor ini rendah akan tetapi penurunan jumlah pekerja pada sektor perdagangan, hotel dan restoran ternyata mampu memacu laju produktivitas tenaga kerja, dengan kata lain penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor tersebut ternyata justru mampu menghasilkan nilai tambah bagi sektor tersebut.

Pariwisata sebagai salah satu subsektor dari sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang dapat memberikan efek multiplier terhadap sektor ekonomi yang lain. Menurut Pao (2005) ada dua jenis dampak yang ditimbulkan oleh industri pariwisata, yaitu dampak langsung (direct effects) dan dampak tidak langsung (indirect effects) (lihat Mustika, 2007: 29). Dampak langsungnya adalah perubahan yang terjadi pada industri pariwisata, yang berkaitan langsung dengan pengeluaran wisatawan. Dampak tidak langsungnya adalah pada penjualan, pendapatan, atau kesempatan kerja dari sektor yang tidak berkaitan langsung dengan sektor pariwisata.

Kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan daya serap tenaga kerja pada sektor perdagangan, hotel dan restoran tanpa harus menurunkan produktivitas tenaga kerja adalah dengan tetap menjaga pertumbuhan output sektor tersebut untuk tetap tumbuh lebih tinggi dari laju pertumbuhan kesempatan kerjanya.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain meningkatkan jumlah investasi pada sektor pariwisata khususnya investasi swasta. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustika (2007) bahwa investasi swasta sektor pariwisata secara parsial berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali tahun 2002-2005. Apabila investasi swasta sektor pariwisata naik sebesar Rp1 miliar, maka akan menyerap tenaga kerja sebanyak 11 orang. Hal itu berarti bahwa untuk menyerap 1 orang tenaga kerja, dibutuhkan investasi swasta sektor pariwisata sebesar Rp100 juta.

Di Kabupaten Karangasem sektor pertanian masih tetap berperan dalam penciptaan kesempatan kerja selama tahun 1997 sampai dengan tahun 2006. Indeks spesialisasi lebih besar daripada 1 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki pangsa yang lebih besar dalam penciptaan kesempatan kerja di Kabupaten Karangasem daripada pangsa sektor tersebut di Provinsi Bali. Nilai elastisitas kesempatan kerja sektor pertanian yang positif yaitu 1,21 memperlihatkan bahwa setiap penambahan PDRB mampu menambah kesempatan kerja 1,21 unit.

Meskipun sektor ini mampu menyediakan kesempatan kerja yang luas di Kabupaten Karangasem akan tetapi bertambahnya jumlah tenaga kerja pada sektor tersebut ternyata tidak mampu memacu laju produktivitas tenaga kerja di mana tambahan tenaga kerja ternyata tidak berdampak pada peningkatan produksi. Untuk tetap menjaga kemampuan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja tanpa harus menurunkan produktivitas tenaga kerja maka output sektor ini harus mampu tumbuh lebih tinggi dari laju pertumbuhan kesempatan kerja.

Menurut Makmun dan Yasin (2003: 57) dalam rangka mendorong pertumbuhan sektor pertanian perlu dilakukan terobosan dalam bentuk: a) menyediakan prasarana dasar baik bersifat “Directly Productive Activity” (DPA) maupun Social Overhead Capital (SOC). Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dasar bagi perluasan investasi dan peningkatan produktifitas tenaga kerja, b) penanganan secara simultan baik terhadap penciptaan prasarana maupun perbaikan kualitas tenaga kerja dan peningkatan investasi pada sektor pertanian, dan c) pemanfaatan sumber daya alam dapat dioptimalkan dengan mengembangkan faktor teknologi industri yang berorientasi pada pertanian serta tenaga kerja yang terampil dan unggul.

Selasa, 27 Januari 2009

Hukuman Mati Terdakwa Kasus Susu Bermelamin

Terdakwa Zhang Yujun dan Zhang Yanzhang dituduh terlibat dalam produksi bubuk yang dibubuhi melamine yang membuat susu tampak berkadar protein lebih tinggi.
"Bubuk protein" itu kemudian dijual ke perusahaan susu, dan menyebabkan kematian enam balita dan membuat sakit 300.000 anak kecil.
Dua vonis ini merupakan hukuman pertama yang dijatuhkan berkaitan dengan skandal tersebut.
Sementara itu, hukuman seumur hidup dijatuhkan kepada Tian Wenhua yang menjabat general manager Sanlu Group.
Wartawan BBC Quentin Sommerville di Beijing melaporkan, wanita itu telah mengaku bersalah atas dakwaan memproduksi dan menjual produk palsu atau di bawah standard.
Perusahaan susu Sanlu menjadi titik pusat skandal. Dalam kasus ini, susu ditambahi air untuk memperbanyak volume pasokan dan menangguk untung lebih besar.
Mereka dituduh mencoba mengelabui publik dari perbuatan mereka dengan menambahkan bahan kimia industri, melamine.
Skandal ini mulai terkuak September lalu ketika sejumlah bayi, yang mengkonsumsi susu bubuk formula, jatuh sakit dengan gejala batu ginjal akibat keracuan melamine.
Ilegal
Vonis mati untuk Zhang Yujun adalah hukuman pertama yang dijatuhkan oleh Pengadilan Rakyat Wilayah Shijiazhuang di belahan utara Cina, yang menjadi basis tempat perusahan susu Sanlu.

Zhang Yujun dituduh membahayakan keselamatan publik dengan menghasilkan dan menjual susu yang dibubuhi melamine industri, lapor kantor berita Xinhua. Dia dituding mengelola tempat kerja ilegal di Provinsi Shandong di belahan timur Cina, yang memproduksi 600 ton bubuk protein palsu dan merupakan sumber melamine terbesar di Cina.
Pemerintah khawatir akan kemarahan publik atas peristiwa tersebut, dan bahkan menahan orang tua dari bayi yang menderita, lapor wartawan BBC Quentin Sommerville. Misalnya, Dong Xiouliang, ditahan oleh pihak berwenang ketika hendak terbang ke Shijiazhuang, guna mendengarkan keputusan pengadilan hari ini.
"Saya kira saya memiliki hak untuk melihat jalannya pengadilan. Kami ingin melihat para penjahat itu dihukum," ujar Dong. "Kami tidak akan membuat keributan, dan mereka sama sekali tidak memiliki alasan untuk menghalangi kebebasan kami," tambahnya.
Keluarga para korban skandal mengatakan, kurangnya keterbukaan, dan korupsi di kalangan pejabat membuat mereka sama sekali tidak percaya dengan sistem keamanan pangan negeri itu, dan kasus seperti ini bisa terjadi lagi di masa depan.
Saat menanggapi vonis pengadilan, Zheng Zhu Zhen, yang anaknya meninggal setelah meminum susu yang tercemar, mengatakan, Tian Wenhua semestinya juga dijatuhi hukuman mati. "Meskipun mereka yang terlibat langsung dalam skandal ini dihukum, namun kami tidak senang bahwa pejabat di tingkat pemerintahan lokal, dan pemerintah pusat yang bertanggung jawab, tidak diadili," kata Zheng

My Comment:
Memprihatinkan sekali....sepertinya di dunia ini masih banyak orang yang ingin bahagia di atas penderitaan orang lain. Bagaimana tidak, melamin yang berbahaya bagi manusia malah dengan sengaja dicampurkan ke dalam susu yang notabene merupakan unsur pelengkap gizi dalam makanan. Ingat kan 4 sehat lima sempurna !!!
Banyak orang tua yang mengharapkan buah hatinya akan tumbuh sehat dan cerdas. Susu yang mahal pun bukanlah masalah demi investasi bagi kualitas buah hati mereka. Tapi apa jadinya, jika susu yang sehat malah menjadi racun pembunuh bagi anak-anak mereka ???
Sangat wajar jika Pengadilan Rakyat Wilayah Shijiazhuang di belahan utara Cina menjatuhkan hukuman mati pada pihak yang terlibat langsung dalam kesengajaan tersebut. Apalah artinya menghilangkan dua atau lebih nyawa orang-orang yang tidak berperikemanusiaan dibandingkan dengan kehilangan tunas-tunas harapan bangsa.
Seharusnya Bangsa Indonesia bercermin pada sikap dan ketegasan dari Pemerintah Cina dalam menegakkan hukum khususnya pada kasus pemalsuan baik pada makanan, obat, etc. Banyak kasus terjadi di Indonesia, mulai dari mencampur borax kedalam bakso, mencampur formalin agar tahu kenyal dan awet, pemalsuan obat maupun jamu, serta masih banyak kasus lainnya. Coba bayangkan apa jadinya jika orang mengkomsumsi obat-obat yang dipalsukan. Maunya sembuh ,,, eh koq malah modar......r.
Tapi Pemerintah Indonesia khususnya Badan POM seolah tidak peduli dan mengganggap sepele masalah-masalah tersebut. Pelaku pemalsuan hanya mendapatkan hukuman 2-3 tahun saja. Pernahkah di bayangkan multiplier bad effect yang ditimbulkan ???
Janganlah beranggapan bahwa rakyat Indonesia sudah semua paham dan sadar serta mampu memilih mana makanan yang layak atau tidak untuk dikonsumsi. Padahal kenyataannya rakyat Indonesia masih banyak yang hidup kekurangan, masih banyak yang belum mengerti arti pentingnya makanan sehat dalam mambangun kualitas anak-anak mereka.
Jadi fenomena melihat anak-anak mengkonsumsi ”bakso dicampur borax, dengan tambahan mie berformalin dan saos yang telah dicampur rodamin, dengan kuah penuh monosodium glutamat” sudah bukan hal aneh lagi di Indonesia. Oh no........... ya Tuhan saya tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi pada mereka dua puluh tahun yang akan datang.
Memang bukan hal yang mudah untuk menyelesaikan masalah pencemaran maupun pemalsuan produk makanan di Negara kita. Apakah di antara kita tidak ada yang prihatin dengan hal ini. Kenapa LSM, Mahasiswa, Parpol ataupun pihak manapun tidak ada yang berani bersuara lantang terhadap kasus-kasus seperti ini??? Apakah isu pencemaran ini kalah menarik dibandingkan dengan isu korupsi ataupun pornografi
Kalau aq boleh berpendapat, saya mendukung Pemerintah Indonesia memberlakukan Hukuman Mati bagi siapapun yang berani melakukan pemalsuan maupun kepada mereka yang dengan sengaja memasukkan zat-zat berbahaya kedalam produk makanan. Maaf jika aku harus berkata : Kill or To be Killed...............

Rabu, 21 Januari 2009

Obama Inauguration Speech


WASHINGTON - My fellow citizens,
I stand here today humbled by the task before us, grateful for the trust you have bestowed, mindful of the sacrifices borne by our ancestors. I thank President Bush for his service to our nation, as well as the generosity and cooperation he has shown throughout this transition
Forty-four Americans have now taken the presidential oath. The words have been spoken during rising tides of prosperity and the still waters of peace. Yet, every so often the oath is taken amidst gathering clouds and raging storms. At these moments, America has carried on not simply because of the skill or vision of those in high office, but because We the People have remained faithful to the ideals of our forbearers, and true to our founding documents.
So it has been. So it must be with this generation of Americans.
That we are in the midst of crisis is now well understood. Our nation is at war, against a far-reaching network of violence and hatred. Our economy is badly weakened, a consequence of greed and irresponsibility on the part of some, but also our collective failure to make hard choices and prepare the nation for a new age. Homes have been lost; jobs shed; businesses shuttered. Our health care is too costly; our schools fail too many; and each day brings further evidence that the ways we use energy strengthen our adversaries and threaten our planet.
These are the indicators of crisis, subject to data and statistics. Less measurable but no less profound is a sapping of confidence across our land — a nagging fear that America's decline is inevitable, and that the next generation must lower its sights.
Today I say to you that the challenges we face are real. They are serious and they are many. They will not be met easily or in a short span of time. But know this, America — they will be met.On this day, we gather because we have chosen hope over fear, unity of purpose over conflict and discord.On this day, we come to proclaim an end to the petty grievances and false promises, the recriminations and worn out dogmas, that for far too long have strangled our politics.We remain a young nation, but in the words of Scripture, the time has come to set aside childish things.
The time has come to reaffirm our enduring spirit; to choose our better history; to carry forward that precious gift, that noble idea, passed on from generation to generation: the God-given promise that all are equal, all are free, and all deserve a chance to pursue their full measure of happiness.In reaffirming the greatness of our nation, we understand that greatness is never a given. It must be earned. Our journey has never been one of short-cuts or settling for less. It has not been the path for the faint-hearted — for those who prefer leisure over work, or seek only the pleasures of riches and fame.
Rather, it has been the risk-takers, the doers, the makers of things — some celebrated but more often men and women obscure in their labor, who have carried us up the long, rugged path towards prosperity and freedom.For us, they packed up their few worldly possessions and traveled across oceans in search of a new life.For us, they toiled in sweatshops and settled the West; endured the lash of the whip and plowed the hard earth.For us, they fought and died, in places like Concord and Gettysburg; Normandy and Khe Sahn.
Time and again these men and women struggled and sacrificed and worked till their hands were raw so that we might live a better life. They saw America as bigger than the sum of our individual ambitions; greater than all the differences of birth or wealth or faction.This is the journey we continue today. We remain the most prosperous, powerful nation on Earth. Our workers are no less productive than when this crisis began. Our minds are no less inventive, our goods and services no less needed than they were last week or last month or last year. Our capacity remains undiminished. But our time of standing pat, of protecting narrow interests and putting off unpleasant decisions — that time has surely passed. Starting today, we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again the work of remaking America.
For everywhere we look, there is work to be done. The state of the economy calls for action, bold and swift, and we will act — not only to create new jobs, but to lay a new foundation for growth. We will build the roads and bridges, the electric grids and digital lines that feed our commerce and bind us together. We will restore science to its rightful place, and wield technology's wonders to raise health care's quality and lower its cost. We will harness the sun and the winds and the soil to fuel our cars and run our factories. And we will transform our schools and colleges and universities to meet the demands of a new age. All this we can do. All this we will do.Now, there are some who question the scale of our ambitions — who suggest that our system cannot tolerate too many big plans. Their memories are short.
For they have forgotten what this country has already done; what free men and women can achieve when imagination is joined to common purpose, and necessity to courage.What the cynics fail to understand is that the ground has shifted beneath them— that the stale political arguments that have consumed us for so long no longer apply. The question we ask today is not whether our government is too big or too small, but whether it works — whether it helps families find jobs at a decent wage, care they can afford, a retirement that is dignified. Where the answer is yes, we intend to move forward. Where the answer is no, programs will end. And those of us who manage the public's dollars will be held to account — to spend wisely, reform bad habits, and do our business in the light of day — because only then can we restore the vital trust between a people and their government.Nor is the question before us whether the market is a force for good or ill.
Its power to generate wealth and expand freedom is unmatched, but this crisis has reminded us that without a watchful eye, the market can spin out of control — and that a nation cannot prosper long when it favors only the prosperous. The success of our economy has always depended not just on the size of our Gross Domestic Product, but on the reach of our prosperity; on the ability to extend opportunity to every willing heart — not out of charity, but because it is the surest route to our common good.As for our common defense, we reject as false the choice between our safety and our ideals. Our Founding Fathers, faced with perils we can scarcely imagine, drafted a charter to assure the rule of law and the rights of man, a charter expanded by the blood of generations.
Those ideals still light the world, and we will not give them up for expedience's sake. And so to all other peoples and governments who are watching today, from the grandest capitals to the small village where my father was born: know that America is a friend of each nation and every man, woman, and child who seeks a future of peace and dignity, and we are ready to lead once more.Recall that earlier generations faced down fascism and communism not just with missiles and tanks, but with sturdy alliances and enduring convictions. They understood that our power alone cannot protect us, nor does it entitle us to do as we please. Instead, they knew that our power grows through its prudent use; our security emanates from the justness of our cause, the force of our example, the tempering qualities of humility and restraint.We are the keepers of this legacy. Guided by these principles once more, we can meet those new threats that demand even greater effort — even greater cooperation and understanding between nations. We will begin to responsibly leave Iraq to its people, and forge a hard-earned peace in Afghanistan. With old friends and former foes, we will work tirelessly to lessen the nuclear threat, and roll back the specter of a warming planet.
We will not apologize for our way of life, nor will we waver in its defense, and for those who seek to advance their aims by inducing terror and slaughtering innocents, we say to you now that our spirit is stronger and cannot be broken; you cannot outlast us, and we will defeat you.For we know that our patchwork heritage is a strength, not a weakness. We are a nation of Christians and Muslims, Jews and Hindus — and non-believers. We are shaped by every language and culture, drawn from every end of this Earth; and because we have tasted the bitter swill of civil war and segregation, and emerged from that dark chapter stronger and more united, we cannot help but believe that the old hatreds shall someday pass; that the lines of tribe shall soon dissolve; that as the world grows smaller, our common humanity shall reveal itself; and that America must play its role in ushering in a new era of peace.To the Muslim world, we seek a new way forward, based on mutual interest and mutual respect. To those leaders around the globe who seek to sow conflict, or blame their society's ills on the West — know that your people will judge you on what you can build, not what you destroy.
To those who cling to power through corruption and deceit and the silencing of dissent, know that you are on the wrong side of history; but that we will extend a hand if you are willing to unclench your fist.To the people of poor nations, we pledge to work alongside you to make your farms flourish and let clean waters flow; to nourish starved bodies and feed hungry minds. And to those nations like ours that enjoy relative plenty, we say we can no longer afford indifference to suffering outside our borders; nor can we consume the world's resources without regard to effect. For the world has changed, and we must change with it.
As we consider the road that unfolds before us, we remember with humble gratitude those brave Americans who, at this very hour, patrol far-off deserts and distant mountains. They have something to tell us, just as the fallen heroes who lie in Arlington whisper through the ages. We honor them not only because they are guardians of our liberty, but because they embody the spirit of service; a willingness to find meaning in something greater than themselves. And yet, at this moment — a moment that will define a generation — it is precisely this spirit that must inhabit us all.For as much as government can do and must do, it is ultimately the faith and determination of the American people upon which this nation relies. It is the kindness to take in a stranger when the levees break, the selflessness of workers who would rather cut their hours than see a friend lose their job which sees us through our darkest hours. It is the firefighter's courage to storm a stairway filled with smoke, but also a parent's willingness to nurture a child, that finally decides our fate.
Our challenges may be new. The instruments with which we meet them may be new. But those values upon which our success depends — honesty and hard work, courage and fair play, tolerance and curiosity, loyalty and patriotism — these things are old. These things are true. They have been the quiet force of progress throughout our history. What is demanded then is a return to these truths. What is required of us now is a new era of responsibility — a recognition, on the part of every American, that we have duties to ourselves, our nation, and the world, duties that we do not grudgingly accept but rather seize gladly, firm in the knowledge that there is nothing so satisfying to the spirit, so defining of our character, than giving our all to a difficult task.This is the price and the promise of citizenship.
This is the source of our confidence— the knowledge that God calls on us to shape an uncertain destiny.This is the meaning of our liberty and our creed — why men and women and children of every race and every faith can join in celebration across this magnificent mall, and why a man whose father less than sixty years ago might not have been served at a local restaurant can now stand before you to take a most sacred oath.So let us mark this day with remembrance, of who we are and how far we have traveled. In the year of America's birth, in the coldest of months, a small band of patriots huddled by dying campfires on the shores of an icy river. The capital was abandoned. The enemy was advancing. The snow was stained with blood. At a moment when the outcome of our revolution was most in doubt, the father of our nation ordered these words be read to the people:"Let it be told to the future world...that in the depth of winter, when nothing but hope and virtue could survive ... that the city and the country, alarmed at one common danger, came forth to meet [it]."America.
In the face of our common dangers, in this winter of our hardship, let us remember these timeless words. With hope and virtue, let us brave once more the icy currents, and endure what storms may come. Let it be said by our children's children that when we were tested we refused to let this journey end, that we did not turn back nor did we falter; and with eyes fixed on the horizon and God's grace upon us, we carried forth that great gift of freedom and delivered it safely to future generations.Thank you.
God bless you. And God bless the United States of America.

Pidato Pelantikan Obama (Indonesia)


Rekan-rekan sebangsa dan setanah air. Saya berdiri di sini hari ini terenyak oleh tugas di depan kita, berterima kasih atas kepercayaan yang Anda berikan, dan teringat akan pengorbanan oleh leluhur kita. Saya berterima kasih kepada Presiden Bush atas jasanya pada bangsa kita, dan juga atas kemurahan hati dan kerjasama yang ditunjukkannya pada masa transisi ini.
Sudah 44 warga Amerika yang diambil sumpahnya sebagai presiden. Kata-kata dalam sumpah jabatan itu telah diucapkan dimasa kemakmuran dan dimasa damai.
Namun, ada kalanya sumpah jabatan kepresidenan itu diambil di tengah-tengah situasi gawat dan badai yang berkecamuk.Pada saat-saat demikian, Amerika terus melaksanakan tugasnya bukan hanya karena keterampilan atau visi mereka yang memegang jabatan tinggi, tetapi karena kita rakyat Amerika tetap setia pada cita-cita leluhur kita dan setia pada dokumen-dokumen yang dirumuskan oleh para pendiri negara kita.Demikianlah adanya, dan memang selalu demikianlah yang harus dilakukan oleh generasi warga Amerika yang sekarang ini.
Memang sudah dipahami bahwa kita sedang berada di tengah krisis. Bangsa kita kini sedang terlibat perang, melawan jaringan kekerasan dan kebencian yang luas jangkauannya. Ekonomi kita sangat lemah, akibat ketamakan dan tindakan tidak bertanggung jawab oleh sebagian pihak, tetapi juga karena kegagalan kita secara kolektif untuk membuat pilihan-pilihan sulit, dan kegagalan kita mempersiapkan bangsa bagi abad baru. Banyak rumah yang disita, lapangan kerja menurun drastis, bisnis gulung tikar. Asuransi kesehatan kita terlalu mahal, murid-murid sekolah kita banyak yang gagal, dan setiap hari terlihat bukti bahwa cara-cara kita menggunakan energi justru memperkuat musuh-musuh kita dan mengancam planet kita.Semua itu merupakan indikator krisis, yang didasarkan pada data dan statistik. Yang kurang bisa diukur tetapi tidak kurang pentingnya adalah melemahnya keyakinan di seluruh pelosok Amerika, kekhawatiran terus-menerus bahwa kemerosotan Amerika tak terelakkan lagi, dan bahwa generasi berikutnya harus mengurangi harapannya
Hari ini saya katakan kepada kalian bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi adalah nyata. Tantangan ini serius dan banyak sekali. Tidak akan mudah diatasi dan tidak bisa diatasi dalam jangka pendek. Tetapi ketahuilah ini, Amerika, semua tantangan ini akan kita hadapi.Pada hari ini, kita berkumpul karena kita lebih memilih harapan daripada ketakutan, kesatuan tujuan daripada konflik dan pertentangan.Pada hari ini, kita berkumpul untuk menyatakan berakhirnya keluhan-keluhan kecil dan janji-janji palsu, saling-tuduh dan berbagai dogma lusuh yang sudah terlalu lama mencekik politik kita.Negara kita masih muda, dengan meminjam istilah dalam Kitab Suci, saatnya sudah tiba kita menepiskan sifat ke kanak-kanakan. Saatnya sudah tiba untuk menandaskan lagi semangat kita yang tegar, memilih jalan sejarah yang lebih baik, melanjutkan pemberian berharga, gagasan mulia yang diteruskan dari generasi ke generasi: yaitu janji yang diberikan Tuhan bahwa semua kita setara, kita semua bebas, dan semua layak memperoleh kesempatan untuk mengejar kebahagiaan sepenuhnya.
Dalam menandaskan kebesaran bangsa kita, kita memahami bahwa kebesaran tak pernah diberikan begitu saja. Mencapai kebesaran harus dengan kerja keras. Perjalanan yang kita tempuh tak pernah mengambil jalan pintas. Perjalanan kita bukan bagi mereka yang tidak tabah, bukan bagi mereka yang suka bermalas-malas daripada bekerja, atau bagi yang hanya mengejar kekayaan dan menjadi terkenal. Perjalanan kita adalah bagi mereka yang berani mengambil risiko, mereka yang melakukan hal-hal baru dan membuat terobosan baru. Sebagian mereka menjadi terkenal, tetapi acap kali laki-laki dan perempuan tak dikenal dalam pekerjaan mereka, yang telah mengusung kita di atas jalan berbatu-batu menuju kemakmuran dan kebebasan.Demi kita, mereka mengemas harta milik mereka yang tak seberapa dan menyeberangi samudera untuk mencari kehidupan baru.
Demi kita, mereka banting-tulang dengan upah minim dan menetap di Pantai Barat, menahankan pukulan cambuk dan mencangkul tanah yang keras.Demi kita, mereka bertempur dan mati, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg, Normandy dan Khe San.Lelaki dan perempuan itu terus menerus berjuang dan berkorban dan bekerja hingga kulit tangan mereka mengelupas, agar kita bisa mengecap kehidupan yang lebih baik. Mereka melihat Amerika lebih besar dari jumlah ambisi kita secara perorangan, lebih besar daripada perbedaan status keluarga, atau kekayaan ataupun partai atau kelompok.Perjalanan inilah yang kita teruskan hari ini. Kita masih merupakan negara paling makmur dan paling berpengaruh di Bumi. Para pekerja kita tidak kurang produktifnya dibandingkan dengan waktu ketika krisis ini dimulai. Otak kita masih seinventif seperti pada awal krisis ini, barang dan jasa kita masih diperlukan seperti pada minggu lalu atau bulan lalu, atau tahun lalu. Kapasitas kita tetap tak berkurang. Tetapi masa kita untuk berdiam diri, melindungi kepentingan sempit dan menunda keputusan-keputusan yang tak menyenangkan, sudah harus berlalu. Mulai hari ini, kita harus bangkit sendiri, membersihkan debu yang menempel, dan mulai lagi bekerja memperbaharui Amerika.Karena kemana saja kita melihat, ada yang harus kita lakukan. Keadaan ekonomi mengharuskan tindakan yang berani dan segera, dan kita akan bertindak bukan hanya untuk menciptakan lapangan kerja baru, tetapi untuk meletakkan dasar bagi pertumbuhan. Kita akan membangun jalan dan jembatan, jaringan listrik dan jaringan digital yang menyuburkan perdagangan dan mengikat kita bersama. Kita akan memulihkan sains ke tempat yang selayaknya, dan menggunakan kehebatan teknologi untuk meningkatkan mutu perawatan kesehatan dan menurunkan biayanya. Kita akan memanfaatkan tenaga matahari, tenaga angin dan lainnya untuk menjalankan mobil-mobil dan pabrik-pabrik kita. Dan kita akan mengubah sekolah dan perguruan tinggi dan universitas untuk memenuhi tuntutan era baru. Semua ini bisa kita lakukan. Dan semua ini akan kita lakukan.
Tentu, ada orang yang meragukan skala ambisi kita—dengan mengatakan sistem ekonomi kita tidak bisa mentolerir terlalu banyak rencana besar. Daya ingat mereka tidak cukup lama. Mereka telah melupakan apa yang dilakukan negara ini, apa yang bisa dicapai oleh laki-laki dan perempuan yang hidup bebas, apabila imajinasi digabung demi tujuan bersama, dan kebutuhan digabung dengan ketabahan.Yang tidak dipahami oleh mereka yang sinis adalah tanah tempat mereka berpijak telah bergeser, bahwa argumen basi dalam politik yang telah begitu lama menyita waktu kita— tidak lagi berlaku. Pertanyaan yang kita ajukan sekarang bukan apakah pemerintah kita terlalu besar atau terlalu kecil, tetapi apakah pemerintah kita bisa berfungsi, apakah pemerintah bisa menolong para keluarga mencari pekerjaan dengan upah yang layak, asuransi kesehatan yang terjangkau, dan pensiun yang berarti. Apabila jawabannya ya, kita berniat untuk terus bergerak maju. Apabila jawabannya tidak, programnya akan dihentikan.
Dan mereka yang mengatur uang rakyat akan dimintai pertanggung-jawabannya—supaya mengeluarkan uang secara bijaksana, mengubah kebiasaan buruk, dan melakukan bisnis kita dengan jujur—karena hanya dengan demikian kita bisa memulihkan kepercayaan penting antara rakyat dan pemerintah.Kita juga tidak mempertanyakan apakah kekuatan pasar bebas itu baik atau buruk. Kekuatan pasar bisa membina kekayaan dan memperluas kebebasan kita. Tetapi krisis ini telah mengingatkan kita bahwa tanpa pengawasan yang ketat, kekuatan pasar bebas itu bisa terlepas dari kontrol, dan suatu bangsa tidak bisa makmur untuk waktu lama apabila hanya mementingkan orang kaya. Keberhasilan ekonomi kita tidak hanya tergantung pada besarnya Produk Domestik Bruto, tapi seberapa jauh meluasnya kemakmuran itu, pada kemampuan kita memberikan kesempatan kepada tiap orang yang mau bekerja, dan bukan karena belas kasihan karena itulah jalan yang paling pasti guna mencapai kemakmuran bersama.Mengenai pertahanan kita bersama, kita menolak dan menganggap palsu pilihan antara keselamatan dan idaman atau cita-cita kita. Para Pendiri Negara ini dihadapkan pada bahaya yang tak terbayangkan, menyusun sebuah piagam untuk menjamin supremasi hukum dan hak setiap orang, sebuah piagam yang diperkuat oleh perjuangan generasi demi generasi. Semua cita-cita ini masih menerangi dunia, dan kita tidak akan meninggalkannya demi mencapai penyelesaian yang cepat. Karena itu, bagi semua orang dan pemerintahan yang menyaksikan pelantikan hari ini, mulai dari kota-kota yang termegah sampai ke desa kecil di mana ayah saya dilahirkan, ketahuilah bahwa Amerika adalah sahabat setia negara dan sahabat setiap lelaki, setiap perempuan, dan setiap anak yang menghendaki masa depan yang damai dan bermartabat, dan bahwa kita siap untuk memimpin lagi.Ingatlah bahwa generasi-generasi sebelumnya menundukkan fasisme dan komunisme bukan hanya dengan misil dan tank, tetapi dengan aliansi yang kokoh dan keyakinan besar.
Mereka memahami bahwa kekuatan saja tidak bisa melindungi kita, dan bahwa kekuatan itu tidak memberi kita hak berbuat sekehendak hati kita. Sebaliknya mereka tahu bahwa kekuatan kita tumbuh melalui penggunaan yang bijaksana, keamanan kita berasal dari adilnya tujuan kita, kekuatan contoh yang kita berikan, dan kerendahan hati serta kesanggupan menahan diri.Kita adalah penjaga warisan ini. Dibimbing oleh prinsip-prinsip ini, sekali lagi kita bisa menghadapi ancaman-ancaman baru itu yang menuntut upaya lebih besar, bahkan kerja-sama dan pemahaman lebih besar antar-negara. Kita akan mulai secara bertanggung jawab meninggalkan Irak kepada bangsa Irak, dan menempa perdamaian di Afghanistan. Bersama teman-teman lama dan bekas saingan kita, Amerika akan bekerja tanpa lelah untuk mengurangi ancaman nuklir, dan mengurangi bahaya pemanasan bumi. Kita tidak akan minta maaf atas cara kehidupan Amerika, tidak akan goyah dalam mempertahankannya, dan bagi mereka yang hendak mendorong tujuan mereka dengan terror dan membantai orang-orang tak bersalah, kami katakan kepada mereka, semangat kita lebih kuat dan tidak terpatahkan, kalian tidak akan unggul dari kami, dan kalian akan kami kalahkan.
Kami sadar bahwa warisan bangsa yang beraneka warna adalah suatu kekuatan, dan bukannya sebuah kelemahan. Bangsa kita terdiri dari orang Kristen dan Islam, Yahudi dan Hindu, dan bahkan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan. Kita telah dibentuk oleh campuran berbagai bahasa dan kebudayaan, yang berasal dari segala pelosok dunia. Dan karena kita telah merasakan pahitnya perang saudara dan segregasi rasial, dan keluar dari masa kegelapan menjadi sebuah bangsa yang lebih kuat dan lebih bersatu, kita yakin bahwa pada suatu hari nanti semua rasa kebencian akan hilang, bahwa semua garis-garis pembatas antar suku bangsa akan luluh, dan bahwa dunia ini akan menjadi semakin kecil. Kerendahan hati kita akan tampak dengan sendirinya, dan Amerika harus memainkan perannya dalam menyongsong era perdamaian yang baru.Bagi dunia Muslim, kami akan mencari cara baru ke depan berdasarkan pada kepentingan bersama dan saling menghormati. Bagi para pemimpin dunia yang berusaha menanam bibit konflik, atau menyalahkan dunia Barat atas kesulitan-kesulitan yang dialami masyarakatnya, ketahuilah bahwa rakyat Anda akan menilai Anda pada apa yang Anda bangun, bukan pada apa yang Anda musnahkan.
Bagi mereka yang hendak menggenggam kekuasaan melalui korupsi dan kekejian dan membungkam orang yang tidak setuju pada kebijakan mereka, yakinlah bahwa kalian berada pada sisi yang keliru, tapi kami akan mengulurkan tangan jika kalian tidak lagi mengepalkan tinju.Bagi rakyat negara-negara miskin, kami berjanji akan bekerja bersama kalian untuk membuat ladang kalian subur dan membuat air bersih mengalir, untuk memberi makan tubuh yang kelaparan, dan memenuhi kebutuhan mental. Dan kepada negara-negara seperti negara kita yang relatif menikmati kemakmuran, kita tidak bisa lagi bersikap tidak peduli pada kesengsaraan di luar perbatasan kita, dan kita tidak bisa menghabiskan sumber-sumber dunia tanpa mempedulikan dampaknya. Karena dunia sudah berubah dan kita harus berubah dengannya.Sambil kita mempertimbangkan jalan yang terbentang di depan kita, kita mengingat dengan rasa terima kasih orang-orang Amerika yang gagah berani, yang pada saat ini, berpatroli di gurun dan gunung yang sangat jauh. Ada sesuatu yang hendak mereka katakan pada kita hari ini, seperti yang dibisikkan sepanjang masa oleh para pahlawan kita yang kini dimakamkan di Arlington. Kita menghormati mereka bukan hanya karena mereka menjaga kebebasan kita tetapi karena mereka menunjukkan arti pengorbanan, kesediaan untuk mencari arti yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Dan pada saat ini, saat yang akan tercatat dalam sejarah generasi—semangat inilah yang harus ada pada kita semua.
Sebanyak apapun yang bisa dan harus dilakukan pemerintah, pada akhirnya kepercayaan dan tekad rakyat Amerika-lah yang diandalkan negara ini. Misalnya kebaikan hati untuk menampung orang yang kena musibah walaupun tidak kita kenal, atau pekerja yang tanpa pamrih rela mengurangi jam kerja mereka daripada melihat seorang teman di-PHK, yang membuat kita keluar dari kegelapan. Adalah keberanian para pemadam kebakaran untuk menerobos masuk ke rumah yang penuh asap, dan juga kesediaan orang tua untuk membesarkan anak, yang kelak akan menentukan nasib kita.
Tantangan kita mungkin baru. Alat-alat yang kita gunakan untuk mengatasinya mungkin baru. Tetapi pada nilai-nilai itulah keberhasilan kita bergantung—yaitu kerja keras dan kejujuran, ketabahan dan berlaku secara adil, toleransi dan rasa ingin tahu, kesetiaan dan patriotisme—semua itu sudah lama ada. Semua itu memang benar. Semua itu telah menjadi kekuatan kemajuan sepanjang sejarah. Jadi yang dituntut sekarang adalah kembalinya kepada nilai-nilai ini. Apa yang diperlukan dari kita sekarang ini adalah era pertanggungjawaban yang baru—suatu pengakuan, dari tiap orang Amerika, bahwa kita mempunyai kewajiban bagi diri kita sendiri, bagi negara kita dan bagi dunia, kewajiban yang kita lakukan dengan senang hati, bukan dengan bersungut-sungut, karena kita tahu tidak ada yang lebih memuaskan bagi jiwa kita, yang merupakan definisi karakter kita, daripada memberikan segalanya untuk menyelesaikan tugas yang sulit.Inilah pengorbanan dan janji kewarganegaraan.Inilah yang menjadi sumber keyakinan kita—pengetahuan bahwa Tuhan meminta kita untuk memperbaiki keadaan yang tidak pasti.Inilah arti kebebasan dan kepercayaan kita—mengapa laki-laki dan perempuan dan anak-anak dari tiap ras dan tiap keyakinan bisa ikut dalam perayaan di lapangan yang indah ini, dan mengapa seorang lelaki yang ayahnya lebih 60 tahun lalu mungkin tidak dilayani di restoran, sekarang bisa berdiri di depan anda untuk diambil sumpahnya sebagai presiden.Jadi marilah kita hari ini mengenang siapa kita dan sejauh mana jalan yang kita tempuh. Pada tahun kelahiran Amerika, pada bulan yang terdingin, sekelompok patriot berkumpul di depan api unggun yang mulai padam di bantaran sungai yang beku. Ibukota telah ditinggalkan, musuh terus maju, salju tampak berlumuran darah.
Pada saat itu, ketika nasib revolusi kita sangat diragukan, bapak bangsa kita memerintahkan supaya kalimat berikut dibacakan kepada semua rakyat Amerika:“Beritahukanlah pada dunia masa depan, bahwa di tengah musim dingin, saat apapun tiada kecuali harapan dan kebajikan—bahwa kota dan negara, waspada akan bahaya bersama, akhirnya bersatu untuk menghadapinya.”Amerika; Dalam menghadapi musuh bersama, dalam masa sulit kita ini, mari kita ingat kata-kata emas itu. Dengan harapan dan kebajikan, mari kita hadapi bersama sekali lagi sungai beku ini, dan bertahan dari badai apapun yang akan tiba. Biarkan cucu-cucu kita berkata bahwa kita telah diuji dan kita menolak untuk mengakhiri perjalanan ini, bahwa kita tidak mundur dan mata kita terpaku ke ufuk fajar dan dengan berkat Tuhan, kita meneruskan anugerah kebebasan dan mengantarkannya dengan selamat bagi generasi masa depan.
Thank you. God bless you. And God bless the United States of America.[Selasa, 20 Januari 2009. Capitol Hill - Washington, D.C.]Sumber : Omnilogos

Senin, 19 Januari 2009

Heboh KKM di Karangasem

Pengen tahu ngak what’s the most issue in Karangasem? Gosip ini ngak mengenal status seseorang,, entah dia orang desa atau kota,,, petani ataupun kantoran,,, bahkan dari Bupati sampai Staf. He,,,,don’t negative thinking formerly?
Koperasi Karangasem Membangun (KKM),,,, hem,,,what a simple name?. Ngak ada sisi menariknya. Koperasi gitu lho,,,, ya ngak bakalan jauh2 dari simpan pinjam dan SHU and then waiting for BANKRUPT !! So what's different? Aq bukannya mau promosi,,, tapi hanya ingin mencoba melihat mahluk ini dengan lebih realistis. Koq sampai sebegitu hebohnya sich KKM ini sampai pemerintah daerah bahkan pemerintah pusat ikut komentar.
KKM ni dibidani oleh tiga putra daerah yakni Putu Kertia, Ketut Suala, dan I Nengah Wijanegara dan lahir pada Maret 2006 dengan badan hukum No. 154/BH/2006 ini. Motivasi atau tujuan mendirikan KKM sich mulia, intinya ingin memperkuat ekonomi lokal Karangasem dan perekonomian Indonesia umumnya yang selama ini banyak dikuasai segelintir orang (nonprobumi –red) dengan modal yang jauh lebih besar. Pada prinsipnya, KKM dirintis untuk menyatukan generasi muda di Karangasem demi membangkitkan perekonomian lokal dan memberdayakan mereka untuk bisa menjadi penggerak-penggerak ekonomi andal. Ya siapa sich yg ngak pernah denger Karangasem. Kabupaten yg satu2nya dapet predikat TERTINGGAL di Bali.
Lalu what’s wrong dengan KKM? Gini lho bro……Bagi sebagian besar orang, can you imagine bagaimana bisa aset awal yang hanya Rp 278 juta pada awal berdirinya, meningkat menjadi Rp 1,6 milyar tahun 2007 dan per 22 Mei 2008 menggelembung menjadi Rp 11,5 milyar lebih dan akhir sampai januari 2009 ini, dikabarkan asset sudah mencapai Rp 226 milyar. It's amazing,,,,,,,
Salah satu produk unggulan KKM yang mampu melejitkan aset koperasi adalah produk penyertaan modal atau capital investment. Nah inilah yang banyak diperbincangkan orang dan dianggap masih tidak masuk akal. Bagaimana tidak masuk akal, kita cukup hanya investasi sekali, maka dalam setahun, setiap 4 bulannya akan mendapatkan uang senilai 150% dari nilai investasi kita (dipotong 12% untuk belanja di koperasi tersebut, 5% untuk donasi dan 100 ribu mengendap).
Kejutan tidak hanya sampai disitu saja, pihak KKM selain menawarkan investasi dana juga menawarkan investasi pembelian sepeda motor dan mobil melalui kerja sama dengan berbagai dealer. Contoh, investasi Rp 5 juta untuk sepeda motor dan Rp 50 juta untuk pembelian mobil. Dalam jangka waktu 4 bulan, barang sudah on the road. Eit tapi harus tetap hati-hati. BPKB masih ditahan pihak KKM minimal 1 tahun. What for ??? We don’t no ??? Jika saja KKM ini mau transparan tentang pengelolaan keuangannya,,, pasti saja Direktur dan jajarannya akan diundang oleh pemerintah pusat bahkan dunia untuk mempresentasikan ide-ide briliannya. Tapi sampai dengan saat ini belum ada informasi yang berarti.
So,,, jangan salahkan jika masyarakat bahkan mereka yang sudah berinvestasi disana masih skeptis,,,, aman ngak ya duitku di sana??? According to my opinion : KKM ini jika tidak transparan lama-lama nasibnya akan sama dengan para pendahulunya seperti Graha Finesa Berjangka. Pemiliknya kabur dengan membawa uang nasabah. Kasihan donk masyarakat Karangasem, katanya mau mensejahterakan rakyat,, eh koq malah menyengsarakan rakyat.
Tapi kita harus tetap positive thinking. Konsumenlah yang harus tetap waspada. KKM tidak salah,, hanya masyarakat yang harus lebih bisa realistis,,, investasi ini masuk akal atau tidak. Tapi bagi orang yang penasaran tapi nyalinya kecil paling beraninya hanya Rp 500ribu. Termasuk aq ini,,,, hanya ikut memeriahkan saja. Ibarat fashion,,, ya diikuti trendnya tapi ngak sampai jadi korban mode. Is it true, isn’t?

Minggu, 18 Januari 2009

Kunjungan Gubernur ke Karangasem

.
Aduh,,, pak Gubernur koq seneng banget sich ke Karangasem? Baru aja selesai Kunker sebulan yang lalu,,, lho koq sekarang datang lagi. Mana datengnya hari minggu lagi. Awalnya aq sempet BT juga waktu disuruh ma Kabag utk siapkan staf yg akan bertugas pd hari minggu, 18 Januari kemaren.Waktu pikiran lagi suntuk aq punya niat jelek untuk ngak akan hadir di kunjungan itu. Tapi setelah kupikir-pikir, ini khan tugas dan kewajibanku sebagai seorang protokol. Setiap bulan aq sudah mendapatkan tunjangan jabatan,,, hanya diminta hari liburnya saja langsung BT. No way,,,,,,!!!
Pikiranku semakin terbuka ketika tahu bahwa niat Gubernur datang ke daerahku adalah mulia. Beliau rela mengorbankan hari liburnya untuk melihat kondisi masyarakat di Kabupaten termiskin dan satu-satunya tertinggal di Bali. Tujuannya sich ingin melihat Resevoir (penampungan air ) di Desa Ban. Beliau ingin memastikan bahwa apa yang telah dipaparkan oleh Bupati mengenai tercukupinya kebutuhan air masyarakat bukanlah isapan jempol belaka.
Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju lokasi bedah rumah di Dusun Pucang Beji, Desa Ban, Kecamatan Kubu. Unfortunately aq ngak bisa sampai ke lokasi tersebut. Karena hanya 4 mobil yang diperkenankan untuk ke lokasi. Cause its remote area? Jalan saja belum dikeraskan,,, wajar jika masyarakatnya masih miskin dan terbelakang. Rencananya Gubernur akan memberikan bantuan bedah rumah di Karangasem sebanyak 300 unit dengan cost per unit Rp 10 juta. Bupati Karangasem Wayan Geredeg tetap berusaha memperjuangkan agar bantuan tersebut bisa diperbesar mengingat masyarakat dengan rumah tidak layak huni di Karangasem jumlahnya masih cukup besar.
Setelah itu rombongan menuju Dusun Munti Gunung, lokasi masih di Kubu juga. Pasti sering denger kan munti gunung,, ya iyalah,, coba tanya Gepeng yang berkeliaran di DPS pasti bilangnya dari desa ini. Awalnya aq sempet membayangkan bahwa desa ini penduduknya sangat miskin, sampai2 mereka harus mencari sesuap nasi dengan cara yang tidak halal. Ternyata desa mereka tidak separah Pucang Beji,,, rumah-rumah yang kulewati masih layak huni,, bahkan ada yang memakai keramik. Atau mungkin lokasinya yang di atas bukit,,, jadi akses mereka terhadap pendidikan, air dll menjadi terbatas.
Terimakasih Tuhan,,,, aq telah dibukakan mata dan hatiku. Ternyata tidak semua pemimpin berhati buta. Masih ada pemimpin yang peduli dengan masyarakat kecil. Our Governor (Mr Mangku) and Regent (Mr Geredeg) we proud with you,,,,,.

Selasa, 13 Januari 2009

Pura Gunung Kawi Sebatu

Tanggal 7 Januari kemaren di Bali libur lho. Ngak salah ya kalau Bali itu disingkat menjadi Banyak Libur . Kebetulan saat itu bertepatan dengan Perayaan Hari Pagerwesi intinya hari itu merupakan hari penguatan mental bagi umat Hindu agar tetap kuat dan tegar sekokoh Pagar Besi, lho koq pagar besi ya namanya kan Pagerwesi jadi itu terjemahan secara bodoh saja. He,,,.
Daripada hanya bengong di rumah, aq dan keluarga besar traveling sekaligus melukat (menyucikan badan jasmani dan rohani) ke Desa Sebatu, Tegalalang, Gianyar. Info tentang tempat ini aq dapat dari Bali TV,,, disana disebutkan kalau Tempat Melukat di Desa Pekraman Sebatu dulunya merupakan Tempat Pesiraman (Pemandian) Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti. Katanya jika kita melukat di tempat itu maka semua kekuatan jahat (penyakit di luar medis) yang ada dalam tubuh kita akan lebur (musnah).
Sebelum sampai di Tempat Melukat di Desa Pekraman Sebatu, terlebih dulu kita akan sampai di Pura Gunung Kawi. Pura ini terletak di Desa Sebatu Kecamatan Tegallalang Gianyar, tepatnya 40 Km dari Kota Denpasar. Pura ini merupakan peninggalan jaman Bali Kuno, yang dibangun di tebing sebelah Barat sebuah pengunungan dimana pegunungan itu sekarang dikenal dengan nama Desa Sebatu.
Ceritanya konon pada jaman pemerintahan Raja Mayadenawa yang sangat bengis dan tidak percaya adanya Tuhan, daerah ini merupakan lintasan pelarian Raja Mayadenawa dengan para pengikutnya menuju Desa Taro, setelah terdesak dalam peperangan melawan Para Dewata di Desa Besakih. Karena rasa takut kepada Para Dewata yang mengejarnya, begitu pula ketakutan para penduduk asli kepada Pengikut Raja Mayadenawa, sehingga semuanya lari tunggang langgang dan terpeleset diantara bebatuan pegunungan (Sauh di batu).
Sadar akan penduduk asli yang tidak berdosa dalam bahaya, maka Dewa Wisnu memberikan sumber kehidupan bagi penduduk yang tidak berdosa dalam wujud Air Suci. Sebagai ucapan rasa syukur penduduk maka tempat ini dibangun Pura tempat pemujaan Dewa Wisnu yang dikenal dengan Pura Gunung Kawi yang dilengkapi dengan pancuran pancuran beraneka fungsi seperti untuk Air Suci, mandi dan lain lain (Sumber : Suara Merdeka)
Dulu, tidak semua orang bisa melukat di Pura ini. Kira-kira 6 bulan (Ciwalatri tahun 08) lalu pura ini dibuka untuk umum. Beruntungnya aq dan keluargaku, coba kalau datang 8 bln yang lalu,, kita hanya bisa memandanginya dari luar donk. Setelah selesai melukat di Pura Gunung Kawi, aq melankutkan perjalanan ke Tempat Pesiraman (Pemandian) Pura Dalem Pingit dan Pura Kusti di Desa Pekraman Sebatu, yang terletak ± 1,5km dari Pura Gunung Kawi.
Sampai di tempat itu kita kembali harus menuruni tangga sejauh 500m menuruni anak tangga sepanjang tebing menuju sungai untuk sampai ke tempat pelukatan. Disana terasa sekali suasana magisnya. Air memang berlimpah ruang dimana-mana. Duh ngak tahan pengen segera mandi lg. Eit ,,, nanti dulu ternyata kita harus melalui beberapa tahapan sebelum melukat. Pertama : bacalah Atur Pakeling (peringatan) yang ada, pada intinya pengunjung harus berpakaian adat Bali, wanita yang sedang haid dan anak kecil yang belum pernah tanggal giginya dilarang melukat di tempat tersebut. Sampai di Tempat Melukat kita harus sembahyang dulu dipimpin oleh Jero Mangku untuk matur piuning kalau kita akan melukat, ungkapkan disana apa tujuan kita melukat.
Oh ya kalau sembahyang ditempat ini jangan lupa bawa Kwangen ya, nanti kwangen ini kita taruh di tempat melukat sebagai simbolis akan dileburnya penyakit-penyakit yang ada dalam diri kita. Setelah selesai melukat, jangan langsung kabur,,,r,,, tapi kita harus sembahyang sekali lagi sebagai ucapan syukur dan terimakasih kepada Tuhan dan mendoakan mudah2an jasmani dan rohani kita akan kembali bersih (suci).
Jadi bagi teman-teman yang ingin berwisata spiritual tempat ini memang layak dikunjungi. Pokoke bintang 4 dech : **** Fabulous :)